Pages

Karya Ilmiah


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
            Bila di telusuri secara mendalam.  Proses belajar mengajar yang merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pengajaran.  Kompionen-komponen itu dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama, yaitu :
  1. Guru
  2. Isi atau materi pembelajaran
  3. Siswa
Interakasi antara ketiga komponen  utama melibatkan sarana dan prasarana, sepertio metode, media, dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang memungkingkan terciptanya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.  Dengan demikian guru yang memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar, setidak-tidaknya menjalankan tiga macam tugas utama, yaitu :
  1. Merencanakan
  2. Melaksanakan Pengajaran
  3. Mengevaluasi hasil pembelajaran
Guru memegang peranan penting dalam menciptakan situasi, sehingga proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.  Tujuan pengajaran pada dasarnya merupakan harapan, yakni apa yang diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar.
Pelaksanaan pengajaran selayaknya bepegang pada apa yang tertuang dalam perencanaan.  Namun, situasi yang dihadapi guru dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar mengajar itu sendiri.  Oleh sebab itu, guru sepatutnya peka terhadap berbagai situasi yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam mengajar dengan situasi dihadapi.
            Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang berada dalam pelaksanaan pendidikan.  Bila kita perhatikan, sebenarmya proses belajar mengajar itu adalah dua bentuk kegiatan yang saling berkaitan, karena belajar merupakan proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya.  Sedangkan mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadainya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
            Belajar mengajar merupakan dua konsep kegiatan yang terpadu antara guru dengn siswa pada saat pengajaran berlangsung efektif jika faktor-faktor yang mendukung keberhasilan tersebut adalah iklim belajar yang kondusif atau maksimal atau yang dikenal dengan Classroom Management (Pengelolaan Kelas).
            Kelas adalah masyarakat mikro dengan siswa sebagai masyarakat, yang sebagian besar memiliki kepentingan yang saling berseberangan.  Dengan demikian, peraturan, rutinitas, aturan dan prosedur menjadi bagian yang fundamental dalam infrastruktur sekolah.
            Ketidakmampuan mengelola kelas secara efektif sering merupakan satu-satunya alasan yang paling utama terjadinya kegagalan dalam mengajar.  Masalah pengelolaan kelas seorang guru akan efektif, apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat pula.
            Oleh karena itu, sehubungan dengan latar belakang tersebut, di sini penulis akan mengangkat sebuah tema tentang pengaruh Classroom Management Terhadap Prestasi Belajar Siswa”, guna untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Classroom Management terhadap hasil belajar peserta didik selama pembelajaran berlangsung.

B.   Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
  1. Bagaimana classroom management yang baik itu ?
  2. Bagaimana prestasi belajar siswa ?
  3. Bagaimana pengaruh classroom management terhadap prestasi belajar siswa








BAB II
PEMBAHASAN

A.  Strategi Dalam Proses Belajar Mengajar
        Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Dalam konteks pengajaran dengan strategi biasa diartikan sebagai pola umum tindakan guru, peserta didik dalam manifestasi aktifitas pengajaran.  Di dalam proses belajar mengajar,  guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan eifiesen sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai.
        Salah satu langkah untuk memilih strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar/strategi mengajar.  Dengan kata lain strategi mengajar atau metode mengajar ini dimaksudkan adalah serangkaian tindakan guru kepada peserta didik dalam event pengajaran.
        Menurut Drs.A.Tabrani Rusyam, dkk. (1989) Strategi secara umum dapat didefinisikan sebagai :  “ Garis-garis Besar Haluan bertindak untuk mencapai sasaran dari setiap usaha mencakup empat hal yang pokok sebagai berikut :
1.    Pengindetifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha itu dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya.
2.    Pertimbangan dan pemilihan jalan pendekatan utama yang ampuh guna mencapai sasaran.
3.    Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak titik awal sampai kepada titik akhir di mana sasaran tercapai.
4.    Pertimbangan dan penerapan tolok ukur dan ukuran baku untuk dipergunakan dalam mengukur taraf keberhasilan usaha “.
        Jika strategi dasar tersebut di atas diterapkan dalam konteks pendidikan, kempat unsur strategi dasar tersebut akan sejalan sekali dengan tahapan langkah utama dari pola pengajaran yang dikembangkan sekarang ini, yang dapat digambarkan sebagai berikut :                                    
 1.  Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku/prilaku dan pribadi peserta didik seperti apa atau bagaimana  yang  harus dicapai dan menjadi sasaran dari kegiatan belajar mengajar itu berdasarkan aspirasi atau pandangan hidup dan     selera. masyarakat  yang bersangkutan mengidentifikasi entering behavior  para siswanya.
   2.   Memilih sistem pendekatan belajar mengajar utama yang     dipandang  paling efektif guna mencapai sasaran sehingga dapat   dijadikan  pegangan oleh para guru dalam melaksanakan kegiatan mengajarnya.
    3.    Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar   mengajarnya  yang bagaimana yang dipandang paling efektif dan efiesen sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam melaksanakan kegiatan belajarnya.
    4   Menetapkan norma-norma dan batas minimum keberhasilan sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam melakukan   pengukuran dan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar, yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik bagi penyempurnaan system insruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
         Dari uraian-uraian di atas, maka jelaslah kiranya sebelum seorang guru melaksanakan proses pengajaran, penentuan strategi yang akan dilakukan sangat diperlukan.  Dan harus dipahami bahwa dalam suatu event pengajaran seringkali harus diperlukan lebih dari satu strategi, oleh sebab itu tujuan yang hendak dicapai biasanya juga saling berkaitan satu sama lainnya dalam rangka usaha pencapaian tujuan yang lebih umum.
         Menurut DR.Nana Sujana seperti yang dikutip oleh Drs. Ahmad Rohani HM. Dan Drs. Abu Ahmadi dalam bukunya, pengertian strategi pengajaran secara terperinci adalah “ Taktik “ yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar (pengajaran) agar dapat mempengaruhi para siswa (peserta didik) mencapai tujuan pengajaran (TIK) secara lebih efektif dan efiesen.
        Selanjutnya beliau mengatakan, bahwa kita semua mengetahui bahkan sudah terbiasa melakukannya bahwa sebelum mengajar, membuat perencanaan mengajar yang disusun secara tertulis dalan satu pelajaran.  Dengan demikian satuan pelajaran yang didesain oleh guru pada hakekatnya adalah rencana/disain, yakni proyeksi tentang apa yang harus dilakukan oleh guru pada waktu mengajar.  Prosedur atau langkah guru melaksanakan rencana tersebut tidak lain adalah strategi mengajar itu sendiri.
        Dari keterangan-keterangan di atas dan dibandingkan dengan pengertian strategi pengajaran pada awal uraian ini, maka terlihat ada dua bentuk pengertian.  Ada yang penekanannya pada awal/sebelum pengajaran dilaksanakan dan ada yang penekannya pada pelaksanaan pengajaran itu sendiri.  Perbedaan pandangan ini pada hakekatnya hanya terletak pada segi waktu, yang pertama menunjuk strategi sebagai awal rancangan/pra pelaksanaan, yang kedua menunjuk sebagai strategi pada pelaksanaannya itu atau prosedur pelaksanaannya.
        Setiap proses belajar mengajar,  sebagaimana berlangsung dalam kelas bersifat unik dan menunjukkan variasi antara bidang studi yang satu dengan yang lain dan antara kelas yang satu dengan kelas yang lain dan antara tenaga pengajar yang satu dengan pengajar yang lain. 
        Proses belajar mengajar terbentuk berdasarkan kegiatan dipihak guru dan dipihak siswa yang berinteraksi secara khas dan unik, sehingga jarang ada dua proses belajar mengajar yang seluruhnya sama.  Meskipun terdapat keunikan dan variasi, namun tetap dapat ditemukan sejumlah unsur pokok yang sama, baik dalam perencanaan maupun dalan pengelolaan proses belajar mengajar di dalam kelas.  Termasuk dalam hal ini pemilihan/penentuan strategi pengajaran bagi guru, merupakan satu kesatuan yang harus diperhatikan dan dirancang sedemikian rupa agar siswa dapat mencapai target yang ingin dicapai berupa keberhasilan dalam perkembangannya.
        Dewasa ini, strategi pengajaran telah mengalami perkembangan yang menuntut siswa aktif dalam proses belajar mengajar didalam kelas.
Salah satu bentuk/jenis strategi pengajaran yang dikembangkan adalah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).  CBSA merupakan salah satu strategi  pengajaran yang menuntut keterlibatan dan keaktifan serta partisifasi aktif peserta didik sebagai subyek didik secara optimal sehingga peserta didik mampu merubah dirinya (tingkah laku, cara berfikir dan bersikap) secara lebih efektif dan efiesen. Telah diuraikan di muka, bahwa mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian peristiwa yang dirancang guru dalam memberi dorongan kepada siswa belajar.  Dan belajar itu sendiri bersifat individual.  Rangkaian peristiwa dalam mengajar,  sebagai pendorong siswa belajar diterima oleh setiap siswa secara individual pula.  Artinya, setiap individu siswa memperoleh pengaruh dari luar dalam proses belajar dengan kadar yang berbeda-beda pula.  Sesuai dengan kemampuan potensial masing-masing.  Oleh sebab itu hasil belajar pun akan berbeda-beda pula.
        Meskipun pengaruh pengajaran yang diterima oleh setiap siswa bersifat individual, namun proses pengajaran itu sendiri dapat dilakukan dalam bentuk kelompok.  Prosedur dalam proses pengajaran dikatakan sebagai strategi belajar mengajar.  Dengan kata lain, strategi belajar mengajar dapat ditempuh dengan pendekatan kelompok.  Namun demikian guru harus memikirkan bagaimana siswa dapat belajar lebih optimal dalam arti sesaui   dengan tingkat kemampuan masing-masing.
        Berdasar dari uraian di atas, maka jelaslah kiranya bahwa dalam pelaksanaan pengajaran di dalam kelas, seorang guru di tuntut untuk menentukan strategi pengajarannya dengan sebaik-baik mungkin.  Sebab dengan strategi pengajaran yang baik, maka akan memungkinkan pencapaian hasil pengajaran yang baik pula, dalam artian bahwa siswa akan mencapai hasil belajar yang optimal yang berguna dalam perkembangannya


B.   Classroom Management
1.  Pengertian Classroom Management
            Pengelolaan kelas (classroom management) dalam konteks belajar mengajar diartikan sebagai jenis kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal untuk membelajarkan subyek didik.  Berbagai kegiatan yang dimaksudkan adalah pengelolaan yang secara sengaja diciptakan agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik.
            Classroom Management adalah methods used to organize classroom avtivities, instruction, physical structure and other features to make effective use of time, to create a happy and productive learning environment, and to minimize behavior problems and other disruptions.
            Berdasarkan pandangan filosofis terdapat lima pendekatan dari pengelolaan kelas :
  1. Pendekatan otoriter
Suatu proses pengontrolan tingkah laku anak atau siswa
  1. Pendekatan permisif
Pendekatan yang merupakan lawan dari pendekatan otoriter
  1. Pendekatan perbaikan tingkah laku
Pendekatan ini memandang pengelolaan kelas sebagai proses perbaikan tingkah laku siswa.
  1. Pendekatan penciptaan iklim
Pengelolaan kelas adalah seangkaian kegiatan yang dilaksanakan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif.
  1. Pendekatan proses kelompok (group process)
Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif
            Kelima pengertian pengelolaan kelas di atas tidak ada salah satu diantaranya merupakan yang paling sempurna atau terbaik.   Artinya setiap pengelolaan kelas dari setiap pendekatan akan efektif apabila diterapkan sesuai dengan kondisi kelas yang dihadapi. 
            Dalam pengertian lain dijelaskan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.

2.   Tujuan Classroom Management
Adapun tujuan dari Classroom Management adalah :
  1. Bagi siswa
    • Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya serta sadar untuk mengendalikan
    • Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang wajar sesuai dengan ragam ektifitas kelas
  2. Bagi guru
    • Mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat
    • Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan masalah tingkah laku anak didik yang muncul di dalam kelas.

3.   Masalah-Masalah Dalam Classroom Management
Bervariasinya karakteristik-karakteristik yang dimiliki oleh para siswa, mengakibatkan beberapa permasalahan dalam classroom management.
Menurut Made Pidarta,  perilaku anak didk adalah :
  1. Kurang kesatuan, misalnya dengan adanya kelompok-kelompok dan pertentangan jensi kelamin
  2. Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok
  3. Reaksi negeri terhadap anggota kelompok
  4. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah.

4.   Usaha-Usaha Mengatasi Masalah-Masalah Classroom Management
Dalam usaha mengatasi masalah-masalah classroom management terdapat tindakan yang harus dilakukan yaitu tindakan pencegahan, yaitu dengan jalan menyediakan kondisi fisik maupun kondisi sosio-emosional, sehingga terasa benar oleh murid rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar.
Kondisi dan situasi belajar mengajar :
  1. Kondisi fisik
    • Leluasanya ruang untuk proses belajar mengajar
    • Tepatnya pengaturan tempat duduk
    • Cukupnya ventilasi dan pengaturan cahaya
    • Tepatnya pengaturan penyimpangan barang-barang
  2. Kondisi sosio-emosional
·         Tipe kepemimpinan guru mempengaruhi Classroom Management
·         Sikap guru, guru diharapkan sabar dan memahami karakter murid-muridnya
·         Suara guru, guru harus menvariasikan tekanan suara agar tidak membosankan.

C.   Tinjauan Prestasi Belajar
1.   Pengertian Prestasi Belajar
Berikut ini penulis akan menguraikan tentang prestasi belajar secara teoritis.  Menurut  Mas'ud Hasan Abdul Qahar dalam arti  katanya,  prestasi berarti   'hasil yang telah dicapai'.   Dihubungkan   dengan proses belajarmaka prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai oleh seseorang yang belajar atau setelah mereka belajar.
        Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat mendasar dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupan manusia selalu mengejar prestasi, terutama bagi mereka yang sedang menuntut ilmu atau belajar.  Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai kegiatan, antara lain dalam kesenian, olah raga, dan pendidikan khususnya pengajaran.
       Di dalam mencapai tingkat keberhasilan seseorang tentu punya target yang ingin dicapai dan setelah target tercapai maka biasanya orang tersebut dikatakan berprestasi. Dari uraian tersebut maka dapat dikatakan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai dari serangkaian usaha yang telah dilaksanakan seseorang, yang dapat berupa kemampuan, kecakapan atau nilai pada suatu bidang.
       Sedangkan kata belajar menurut H. Abdurrahman, S.Pd (1993) adalah interaksi individu dengan lingkungannya yang membawa perubahan sikap, tindak, perbuatan, dan prilaku.
        Selanjutnya beliau memberikan keterangan mengenai interaksi dan lingkungan.  Interaksi berarti adanya tindakan atau kegiatan bersama secara timbal balik dan saling memberi arti, sedangkan lingkungan mengandung dua aspek yaitu aspek alamiah dan aspek sosial, aspek sosial ini dipandang sebagai semua kegiatan manusia di dalamnya memenuhi kebutuhan dan tuntutan kehidupan rohaniah dan jasmaniahnya, yang meliputi kebutuhan-kebutuhan seperti kebutuhan security (ketentraman dan keamanan), kebutuhan prospenty (kesejahteraan dan kemaslahatan), tindak (action), sikap (attitude), dan perilaku (behaviaor).
Pengertian lain tentang belajar dikemukakan oleh Nana Sujana (1987), bahwa 'Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang'.  Perubahan sebagai hasil proses ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuanya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan  dan kemampuannya daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.
        Menurut Oemar Hamalik (1983), beliau mengemukakan rumusan belajar  adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
        Begitu pula menurut Drs. Rostiah N.K. (1989) tentang pengertian belajar adalah proses aktivitas yang membawa perubahan pada individu.
        Dari pengertian-pengertian di atas, maka dapatlah dikatakan  bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri individu yang mampu memberikan reaksi positif pada aspek kognitif,  apektif dan psikomotor.
         Setiap individu mempunyai pola yang berbeda dalam belajarnya, secara kongkret memperlihatan perubahan tingkah laku walaupun dalam bentuk yang berlainan.  Dikatakan bahwa seorang mengalami proses belajar kalau ada perubahan dari tidak tahu menjadi tahu,  Dikatakan bahwa seorang mengalami proses belajar yang disimpulkan oleh Suyabrata,  belajar dapat diuraikan sebagai berikut :
     a.  Belajar itu membawa perubahan                                              
     b.  Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan
          baru
     c.  Perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
         Berdasarkan uraian di atas, bila dikaitkan dengan kenyataan yang ada, maka belajar pada prinsipnya mengandung proses perubahan tingkah laku dari pengalaman yang bersifat individual dan mempunyai tujuan tertentu.  Dengan tercapainya tujuan tersebut maka terjadilah proses belajar, baik dalam bentuk formal maupun non formal.
        Pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan suatu bentuk kegiatan yang terncana dan mempunyai tujuan tertentu.  Dengan tercapainya tujuan tersebut, maka siswa dikatakan berhasil dan biasanya disebut siswa berprestasi.
        Untuk mengetahui tingkat keberhasilan seseorang, dapat dilakukan dengan menggunakan ukuran.  Dengan mengukur hasil belajar,  siswa dapat diketahui batas kemampuannya, kesanggupannya, penguasaan siswa tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan dari suatu proses belajar.
        Dari uraian tentang "Prestasi" dan "belajar", dapat dilihat adanya keterkaitan di antara keduanya.  Belajar diartikan sebagai jenjang perubahan tingkah laku dari yang kurang baik menjadi baik dalam bentuk proses,  sedangkan hasil yang dicapai dari proses tersebut merupakan suatu prestasi.  Jadi prestasi belajar yang dimaksud adalah hasil  belajar yang direpresentasikan dengan skor tes hasil belajar pada akhir pembelajaran.
Prestasi belajar adalah penguasaan, pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditujukan dengan nilai test atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
            Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan yang tertuang dalam bentuk nilai setelah melakukan evaluasi.
2.   Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
            Belajar sebagai proses yang dipengaruhi oleh banyak factor.  Namun faktor tersebut dapat digolongka menjadi dua faktor, yaitu :
  1. Faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu dan faktor ini terdiri dari :
1)      Faktor jasmaniah
·         Faktor kesehatan
·         Faktor tubuh
2)      Faktor psikologis
Faktor psikologis sebagai factor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intesitas belajar seorang anak.  Faktor ini terbagi dalam :
·         Intelegensi
·         Perhatian
·         Minat
·         Motivasi
·         Kematangan
·         Kesiapan
  1. Faktor ekstern
1)      Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa :
·         Cara orang tua mendidik
·         Relasi antar anggota keluarga
·         Suasana rumah
·         Keadaan ekonomi keluarga
·         Pengertian orang tua
·         Latar belakang kebudayaan
2)      Faktor sekolah
Faktor-faktor sekolah ini mencakup kepribadian guru, yaitu :
·         Penghayatan nilai-nilai kehidupan
·         Motivasi kerja
·         Sifat dan sikap guru
·         Metode mengajar
3)      Faktor masyarakat
Masyarakat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.  Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarkat.

D.   Pengaruh Classroon Managemen Terhadap Prestasi Belajar Siswa
            Prestasi belajar mengajar bertujuan mengembangkan prestasi siswa secara optimal, yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan, dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat.
            Dalam upaya pencapaian hal tersebut banyak faktor yang harus dipenuhi serta diperhatikan oleh guru baik secara langsung maupun tidak langsung, yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar.
            Kelas adalah salah satu dari lingkungan sekolah, penataan kondisi kelas (Classroom Management) yang baik jelas dapat mempengaruhi  prestasi belajar siswa.  Kemampuan mengelola kelas bagi seorang guru merupakan keterampian guru dalam merancang, menata dan mengatur kurikulum, menjabarkannya ke dalam prosedur pengajaran dan sumber-sumber belajar serta menata lingkungan belajar yang merangsang untuk tercapainya suasana pengajaran yang efektif dan efiesen.
            Kemampuan pengelolaan kelas sangat menentukan keberhasilan pembelajaran.  Tanpa kemampuan pengelolaan kelas yang efektif segala kemampuan guru yang lain akan menjadi netral dalam artian kurang memberikan pengaruh atau dampak positif terhadap pembelajaran siswa.
            Ketika interaksi edukatif itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan mau memahami anak didiknya dengan segala konsekwensinya,  semua kendala yang menjadi penghambat jalannya proses interaksi edukatif, baik yang berpangkal dari prilaku anak didik maupun yang bersumber dari luar diri anak didik harus dihilangkan dan bukan membiarkannya.  Karena keberhasilan interaksi edukatif lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas.
            Tanpa kemampuan dan keterampilan guru mengelola kelas.  Maka kegiatan pengajaran atau kegiatan insruktur tidak akan berlangsung baik dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.  Kondisi belajar yang optimal hanya mungkin dicapai jika guru mampu mengatur siswa,  sarana pengajaran dan mengendalikan sarana itu dalam suasana yang menyenangkan bagi berlangsungnya kegiatan-kegiatan instruksional.
            Dengan perkataan lain,  kondisi belajar yang optimal merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar yang optimal untuk mecapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditentukan.  Jadi pengelolaan kelas yang efektif inilah prestasi belajar dapat diraih dengan baik atau maksimal.
            Maka makin jelaslah, bahwa Classroom Management yang baik dari seorang siswa akan sangat menentukan atau berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa-siswanya.







BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
                  Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 
1.       Sebagai seorang pendidik,  kemampuan pengelolaan kelas sangat menentukan keberhasilan siswa,  karena tanpa kemampuan Classroom Management yang efektif segala kemampuan guru akan memberikan negative terhadap pembelajaran siswa.
2.       Prestasi belajar siswa sangat meningkat setelah Classroom Manajemen diterapkan dengan baik.   
3.       Kondisi belajar yang optimal merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar yang optimal untuk mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditentukan.
4.   Siswa yang efektif dan kreatif dalam setiap proses belajar mengajar akan berpengaruh  positif untuk Classroom Management yang dilakukan oleh guru.

B.   Saran-Saran
            Kepada para pendidik kiranya dapat menerapkan classroom management agar prestasi belajar siswa dapat meningkat.  Begitu juga kepada peserta didik agar kiranya dapat kreatif di dalam kelas agar guru dapat mengajar dengan senang
DAFTAR PUSTAKA


Arikunto,  Suharsimi, 1999.  Prosedur Penelitian.  Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT.  Rineka Cipta.

Ahmad D.  Marimba,  1981.   Pengantar  Filsafat Pendidikan Islam,  Bandung :  PT. Al-Ma-rif

Amir Daien Indrakusuma.  1973.   Pengantar Ilmu Pendidikan,  Surabaya :  Usaha Nasional

Abu Ahmadi, 1985.   Pengantar Metodik Didaktik Untuk Guru Dan Calon Guru, Bandung :  CV. Armico

Hasibuan, J.J. 1988.  Proses Belajar Mengajar, Bandung : CV. Remaja Karya

Muhammad Ali, 1992.  Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung :  Sinar baru

Nasution, S. 1982.  Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar.  Jakarta :  Bumi Aksara.

N.K. Roestiyah.  1982.  Didaktik Metodik.  Jakarta :  Bina Aksara













Tidak ada komentar:

Posting Komentar